Pontianak, Kalbar (Suara Nusantara) – Tradisi khas Kalimantan Barat menjelang Idul Fitri, yaitu meriam karbit, semakin terancam eksistensinya akibat minimnya dukungan anggaran dari pemerintah. Hal ini disoroti langsung oleh Anggota DPRD Provinsi Kalbar, Zulfydar Zaidar, yang menyayangkan penurunan jumlah titik meriam karbit tahun ini.Meriam karbit di Kota Pontianak belum lama ini.SUARANUSANTARA/SK
"Sejak awal bulan Ramadan, masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kapuas biasanya sudah mulai sibuk membuat meriam karbit untuk dibunyikan pada malam takbiran. Namun tahun ini, jumlah titik meriam karbit menurun menjadi hanya 37 titik dari 44 titik pada tahun lalu," ujar Zulfydar, Sabtu (6/4/2025).
Menurutnya, penurunan ini tidak bisa dianggap sepele karena merupakan sinyal melemahnya antusiasme masyarakat dalam melestarikan budaya lokal yang sudah mengakar sejak lama.
“Jika dibiarkan terus-menerus tanpa dukungan, bukan tidak mungkin tradisi meriam karbit ini akan hilang. Padahal ini adalah kekayaan budaya yang menjadi identitas Kalbar setiap menjelang lebaran,” tambahnya.
Zulfydar mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi yang diterimanya, belum adanya keputusan anggaran dari pemerintah menjadi salah satu penyebab utama berkurangnya partisipasi masyarakat. Untuk itu, ia mendorong agar pemerintah daerah mulai mempersiapkan anggaran dan perencanaan yang matang sejak dini.
“Saya berharap tahun mendatang pemerintah tidak hanya mendukung secara moril, tetapi juga menyediakan anggaran yang memadai untuk menyelenggarakan festival meriam karbit yang lebih meriah. Ini penting untuk menarik minat para pembuat meriam, sekaligus menjaga semangat generasi muda dalam melestarikan budaya,” pungkasnya.[SK]