Korban Keracunan Makan Bergizi Gratis di Ketapang Bertambah Jadi 25 Orang, Tiga Masih Dirawat

Sebarkan:

 

Pasien Keracunan MBG di Ketapang Bertambah Jadi 25 Orang, Tiga Masih Dirawat.SUARANUSANTARA/SK
Ketapang, Kalbar (Suara Nusantara) – Jumlah korban keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Ketapang kembali bertambah. Hingga Rabu (24/9/2025) sore, total pasien yang ditangani mencapai 25 orang, terdiri dari 24 anak dan satu orang dewasa yang merupakan seorang guru.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ketapang, dr. Feria Kowira, menyampaikan perkembangan tersebut dalam konferensi pers bersama Tim Satgas MBG di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.

“Ada penambahan delapan pasien tadi malam, sehingga total yang ditangani menjadi 25 orang,” jelas Feria.

Feria mengungkapkan, dari total pasien tersebut, 22 orang sudah dinyatakan membaik dan diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan intensif. Sementara itu, tiga pasien lainnya masih dirawat karena mengalami demam, sakit perut, dan mual.

“Yang masih dirawat tinggal tiga pasien, sedangkan 22 pasien lainnya sudah pulang, termasuk satu orang guru,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa seluruh biaya perawatan ditanggung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang.

“Perawatan pasien ini gratis sampai sembuh. Jika ada anak yang masih mengalami gejala keracunan, segera dibawa ke Puskesmas atau RSUD Agoesdjam untuk mendapat penanganan,” tegas Feria.

Terkait penyebab keracunan, Dinkes Ketapang telah mengirimkan sampel makanan yang diduga menjadi pemicu kejadian ini ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kalimantan Barat untuk diuji di laboratorium.

“Sampel sudah kami kirim pagi tadi, dan saat ini kami masih menunggu hasil resmi dari BPOM,” jelas Feria.

Sementara itu, Kepala Satgas MBG Kabupaten KetapangRajiansyah, mengungkapkan hasil pengawasan terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi penyedia makanan dalam program MBG.

Berdasarkan pemeriksaan di lapangan, ditemukan sejumlah SPPG yang belum mengantongi dokumen usaha dan sertifikasi penting, seperti Nomor Induk Berusaha (NIB)Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS), serta sertifikasi halal.

“Benar, ada beberapa SPPG di Ketapang yang belum memiliki NIB, SLHS, dan sertifikat halal,” ujar Rajiansyah.

Menurutnya, temuan ini akan menjadi bahan evaluasi penting untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa mendatang.

“Kami berharap kejadian ini menjadi yang terakhir. Pengawasan akan terus kami perketat agar program MBG berjalan sesuai standar dan aman bagi anak-anak,” pungkasnya.[SK]

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini