Syamsi (67), seorang pengrajin berpengalaman dalam pembuatan miniatur Tugu Khatulistiwa, menjadi salah satu pelatih utama dalam acara ini. Dengan lebih dari 40 tahun pengalaman, Syamsi telah membuat puluhan miniatur Tugu Khatulistiwa yang telah dikenal sebagai simbol kebanggaan Kota Pontianak. Pada kesempatan ini, ia membagikan ilmunya kepada peserta pelatihan tentang cara merakit bahan-bahan akrilik menjadi miniatur ikonik tersebut.
“Kerajinan itu tidak begitu sulit. Dengan kemajuan teknologi sekarang, banyak hal bisa dikerjakan lebih mudah, asalkan ada kemauan untuk belajar,” ujar Syamsi, yang menjelaskan penggunaan teknologi laser untuk memotong bahan-bahan miniatur, sehingga proses pembuatan menjadi lebih efisien dibandingkan pengerjaan manual.
Antusiasme Peserta yang Tinggi
Para peserta, yang terdiri dari siswa SMK dan anggota komunitas, tampak sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Salah seorang peserta, Ibnu (17), siswa SMK Negeri 6, mengungkapkan kegembiraannya mengikuti pelatihan. “Membuat miniatur Tugu Khatulistiwa adalah tantangan tersendiri. Bentuknya kecil, jadi dibutuhkan ketelitian dan ketekunan. Ini pengalaman pertama saya, dan saya akan terus mengasah keterampilan ini,” katanya.
Ibnu dan peserta lainnya bahkan berencana untuk memproduksi miniatur Tugu Khatulistiwa secara mandiri dan memasarkan produk tersebut. Dengan bekal keterampilan yang didapat dari workshop ini, mereka berharap dapat menciptakan karya yang tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga menjadi peluang usaha yang mengangkat ikon kebanggaan Kota Pontianak.
Giarti Pancaksani Suwarsaningsih: Menumbuhkan Kreativitas dan Cinta Budaya Lokal
Penjabat (Pj) Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Giarti Pancaksani Suwarsaningsih, yang membuka acara workshop ini, menyatakan harapannya agar kegiatan ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda, terutama dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal melalui seni kriya. “Seiring perkembangan zaman, semakin berkurang kesadaran generasi muda untuk menjadi pelaku seni kriya, terutama yang bermuatan lokal. Ini adalah kekhawatiran kita bersama, karena tanpa kecintaan terhadap produk lokal, budaya kita akan hilang,” kata Giarti.
Giarti menambahkan bahwa dengan menghadirkan para ahli sebagai narasumber, workshop ini bertujuan untuk menghasilkan miniatur yang tidak hanya sederhana, tetapi juga memiliki detail yang sangat tinggi. “Kami berharap hasil dari pelatihan ini tidak berhenti di sini saja, tetapi terus berkembang dengan ilmu yang sudah didapat, sehingga tercipta karya miniatur yang semakin sempurna,” pungkasnya.
Sebanyak 30 peserta mengikuti pelatihan ini, yang digelar selama tiga hari, mulai dari 13 hingga 15 November 2024. Dengan adanya workshop ini, diharapkan bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap Kota Pontianak dan memupuk keterampilan baru yang bisa dikembangkan di masa depan. [SK]