Rekor Baru di Paloh: 20 Ribu Tukik Dilepas ke Laut, Warga Sambas Buktikan Cinta Nyata pada Penyu

Sebarkan:

 

20 Ribu Tukik Dilepas di Paloh, Rekor Baru dari Penjaga Laut Kalbar.SUARANUSANTARA/SK
Sambas, Kalbar (Suara Nusantara) – Di pesisir Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, sekelompok warga menjadi garda terdepan menjaga kelestarian penyu. Melalui Pokmaswas Kambau Borneo, mereka kembali melepas ribuan tukik (anak penyu) ke laut lepas—tradisi tahunan yang telah dijalankan lebih dari 12 tahun.

Kegiatan yang berlangsung di Pantai Tanjung Api, Paloh ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk nyata komitmen warga melindungi populasi penyu dari ancaman kepunahan akibat perburuan telur dan degradasi habitat.

“Kami melepas tukik bukan untuk seremoni, tapi untuk memastikan penyu tetap hidup di masa depan,” ujar Jefriden, Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Minggu (26/10/2025).

Tahun ini, Kambau Borneo bersama Pokdarwis Tanjung Api dan Yayasan Sealife Indonesia mengusung tema “Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak” dengan target pelepasan 20.000 ekor tukik secara bertahap selama empat pekan.

Setiap pekan, 5.000 tukik dilepas ke laut, menyesuaikan waktu penetasan alami.

“Pelepasan bertahap ini kami lakukan agar peluang hidup tukik lebih besar,” jelas Jefriden yang akrab disapa Long Ejep.

Jadwal pelepasan berikutnya akan berlangsung pada 2, 9, dan 15 November 2025, dengan acara puncak dirangkai pesta rakyat sebagai bentuk syukur atas keberhasilan konservasi penyu di Paloh.

Musim peneluran tahun 2025 menunjukkan tren peningkatan populasi penyu. Dari 1.157 ekor penyu yang mendarat di pantai Tanjung Api hingga Tanjung Kemuning, 670 ekor di antaranya bertelur, menghasilkan lebih dari 67.000 butir telur hanya dalam rentang 3 bulan (Juli–September).

Sebanyak 34.000 telur berhasil direlokasi dan ditetaskan secara semi-alami untuk kemudian dilepaskan ke laut.

“Relokasi ini untuk menghindari perburuan, predator, dan memudahkan pendataan serta wisata edukatif,” kata Jefriden.

Ketua Pokdarwis Tanjung Api, Muraizi, menyebut kegiatan ini tak hanya melestarikan satwa, tetapi juga menghadirkan wisata edukatif bagi masyarakat.

Sejak 2022, kawasan konservasi diubah menjadi wisata berbasis edukasi agar masyarakat dapat ikut serta dalam pelestarian lingkungan.

“Kami tidak menarik tiket, hanya donasi sukarela untuk biaya operasional seperti pakan penyu dan perawatan fasilitas,” jelasnya.

Meski berjalan tanpa dukungan dana tetap, mereka terus berinovasi. “Pelestarian bukan hanya soal penyu, tapi juga tentang orang yang menjaga. Kalau mereka lelah dan berhenti, siapa lagi yang peduli?” tegas Muraizi.

Koordinator Yayasan Sealife Indonesia, Dwi Suprapti, mengapresiasi capaian luar biasa warga Paloh.

Menurutnya, pelepasan lebih dari 20.000 tukik ini melampaui rekor MURI tahun 2022 di Bali yang hanya mencapai 15.000 tukik.

“Angka ini adalah pencapaian besar dari gerakan sosial masyarakat Paloh. Mereka berhasil bertahan dan menetaskan puluhan ribu tukik tanpa pendanaan khusus,” kata Dwi.

Ia juga menilai metode pelepasan bertahap sangat tepat karena menjaga kelangsungan hidup tukik dari ancaman predator dan kekurangan cadangan makanan alami.

Dwi menambahkan, keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan kolaboratif antara masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, NGO, dan sektor swasta.

“Konservasi penyu di Paloh adalah bukti bahwa gotong royong masyarakat pesisir bisa melindungi ekosistem laut sekaligus membuka peluang ekonomi dari wisata edukasi,” tutupnya.

Dengan semangat yang terus menyala, warga Paloh telah membuktikan bahwa dari pesisir kecil di utara Kalimantan Barat, harapan besar untuk masa depan penyu Indonesia terus menetas dan berlayar menuju laut lepas.[SK]

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini