![]() |
Hotmianida Panjaitan, National Program Manager PASTI saat memaparkan capaian program yang telah dijalankan.SUARANUSANTARA/SK |
Hingga September 2025, program ini telah menjangkau 2.901 orang dewasa dan 996 anak di empat kabupaten, yaitu Kubu Raya, Sambas, Bengkayang, dan Sekadau. Sebanyak 249 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilatih, sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat hingga 94,5 persen.
Selain itu, sebanyak 113 remaja peer educator turut memberikan edukasi tentang kesehatan remaja, gizi, pencegahan anemia, dan stunting kepada lebih dari 700 remaja usia 15–19 tahun.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Kalimantan Barat masih berada di angka 26,8 persen, atau sekitar satu dari empat bayi mengalami kekurangan gizi kronis.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Kalbar, Rindang Gunawati, menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menurunkan angka stunting.
“Masalah stunting tidak hanya soal asupan makanan, tapi juga pola pengasuhan, layanan kesehatan, dan kesadaran keluarga sejak masa pranikah,” ujar Rindang, Sabtu (17/10/2025).
Program PASTI merupakan kolaborasi antara BKKBN, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia hingga Januari 2027. Program ini fokus pada edukasi gizi, pemberdayaan remaja, dan penguatan kelembagaan daerah agar selaras dengan strategi nasional penurunan stunting.
National Program Manager PASTI, Hotmianida Panjaitan, mengatakan pendekatan yang digunakan bersifat adaptif dan berbasis budaya lokal.
“Kami percaya pemenuhan gizi dan kesejahteraan anak bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi bagian penting dari pembangunan berkelanjutan. Karena itu, kami melibatkan kader dan remaja sebagai agen perubahan dari desa hingga kabupaten,” ujarnya.
Salah satu kegiatan unggulan program ini adalah kelas Pos Gizi DASHAT yang menyasar balita dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK). Melalui edukasi dan praktik memasak berbasis bahan pangan lokal, kelas ini terbukti meningkatkan berat badan anak dan ibu hamil.
Elis, salah satu kader PASTI, menuturkan program ini membawa perubahan besar di masyarakat.
“Perubahan paling terasa adalah meningkatnya pemahaman soal gizi dan pola pengasuhan. Dulu masyarakat hanya fokus memberi makan anak kenyang, sekarang sudah paham pentingnya gizi seimbang,” ujarnya.
Sementara itu, Marsiti, ibu dari seorang baduta asal Kubu Raya, turut merasakan manfaatnya.
“Berat anak saya naik sekitar 500 gram setelah ikut kegiatan. Sekarang saya lebih paham soal menu sehat, dan keluarga juga ikut membantu saat makan bersama,” tuturnya.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah memasukkan program PASTI ke dalam dokumen perencanaan daerah seperti RPJMD dan renstra perangkat daerah.
“Program ini memperkuat kerja kami dalam pelatihan kader dan pendampingan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) berbasis data dan perubahan perilaku,” jelas Ica Rusmi Julhizati dari Dinas P2KBP3A Kabupaten Kubu Raya.
Dengan sinergi berbagai pihak, Kalimantan Barat diharapkan dapat terus menekan angka stunting dan mencetak generasi sehat, cerdas, serta produktif di masa depan.[SK]