Pontianak, Kalbar (Suara Nusantara) — Kabar duka menyelimuti jagat penggiat lingkungan hidup di Kalimantan Barat. Hendrikus Adam, aktivis yang dikenal vokal membela kelestarian alam dan hak masyarakat adat, tutup usia pada Selasa, 17 Juni 2025 di Pontianak, setelah berjuang melawan sakit.Alm Hendrikus Adam.SUARANUSANTARA/SK
Kepergian Direktur Eksekutif Walhi Kalbar ini meninggalkan duka mendalam di kalangan pegiat lingkungan, masyarakat adat, hingga para praktisi hukum. Salah satunya Glorio Sanen, praktisi hukum yang turut merasakan kehilangan mendalam atas wafatnya sang sahabat seperjuangan.
“Saya merasa sangat kehilangan. Beliau sosok yang tak kenal lelah memperjuangkan lingkungan hidup, hutan, dan masyarakat adat,” ujar Glorio Sanen dengan suara bergetar.
Adam, yang lahir pada 19 Juli 1982, dikenal luas karena dedikasi dan komitmennya pada keadilan ekologi. Ia tidak hanya menyuarakan penyelamatan lingkungan, tetapi juga gigih membela hak-hak masyarakat adat yang kerap terpinggirkan akibat praktik perusakan lingkungan.
Salah satu jejak perjuangan yang tak terlupakan adalah advokasi kasus peladang Sintang pada 2019 silam. Kala itu, enam petani ditangkap dan dikriminalisasi karena membuka lahan dengan cara membakar. Adam, meski tidak terlibat langsung di persidangan, menjadi salah satu motor penggerak advokasi yang menuntut pembebasan keenam peladang tersebut.
“Beliau yang lantang meminta keenam petani dibebaskan. Akhirnya perjuangan kami membuahkan hasil manis, keenam peladang dibebaskan,” kenang Glorio.
Kasus peladang Sintang pun berujung pada lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pembukaan Lahan Perladangan Berbasis Kearifan Lokal.
“Semangat Perda ini untuk melindungi dan memberdayakan peladang. Sejak itu tak ada lagi petani yang ditangkap karena praktik perladangan sesuai aturan adat,” imbuhnya.
Glorio menilai Hendrikus Adam sebagai teladan sejati pejuang lingkungan yang konsisten hingga akhir hayat.
“Semoga perjuangan dan warisan kebaikan almarhum terus menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menjaga lingkungan dan membela hak-hak masyarakat. Selamat jalan seniorku. Tuhan menempatkanmu di sisi terbaik-Nya,” pungkas Glorio Sanen penuh haru.
Kepergian Hendrikus Adam menjadi pengingat bahwa perjuangan menjaga alam dan membela masyarakat adat harus terus diteruskan oleh generasi berikutnya.[SK]