Kalimantan Barat Perketat Langkah Antisipasi Wabah PMK, Wilayah Masih Bebas dari Penyakit

Sebarkan:

Salah satu petugas mengecek kesehatan pada ternak sapi.SUARANUSANTARA/SK
Pontianak, Kalbar (Suara Nusantara) – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) bergerak cepat untuk mencegah masuknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang telah menyerang ribuan hewan ternak di berbagai wilayah Indonesia sejak Desember 2024. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat, Heronimus Hero, memastikan bahwa langkah proaktif telah dilakukan untuk menjaga wilayah Kalbar tetap bebas dari ancaman penyakit ini.

“Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengambil langkah proaktif untuk memastikan wilayahnya tetap terbebas dari ancaman PMK,” ujar Heronimus, Selasa (28/1/2025).

Kondisi Nasional dan Situasi di Kalbar

Secara nasional, hingga kini tercatat 8.483 kasus PMK, dengan 223 kematian dan 73 pemotongan paksa hewan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Wabah ini telah menyebar di sembilan provinsi, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Meski demikian, Heronimus mengungkapkan bahwa Kalimantan Barat hingga saat ini belum mencatatkan kasus PMK di wilayahnya.

“Kami bersyukur bahwa hingga saat ini Kalbar masih bebas dari wabah PMK. Namun, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan dengan menyiapkan langkah antisipasi,” katanya.

Langkah-Langkah Mitigasi

Untuk memastikan wilayah Kalbar tetap aman, Dinas Perkebunan dan Peternakan telah menyiapkan serangkaian langkah, di antaranya:

Vaksinasi: Sebanyak 19.050 dosis vaksin telah disiapkan dan proses distribusinya terus dilakukan secara bertahap untuk melindungi populasi hewan ternak.

Pengawasan Lalu Lintas Hewan: Pengawasan diperketat di titik-titik perbatasan, di mana setiap hewan ternak yang masuk wajib dilengkapi dokumen kesehatan resmi dan diperiksa secara ketat.

Edukasi dan Sosialisasi: Pemerintah terus memberikan edukasi kepada masyarakat dan peternak mengenai gejala PMK, langkah pencegahan, dan pentingnya melaporkan kasus yang mencurigakan.

“Kami bekerja sama dengan dinas terkait dan aparat di lapangan untuk memastikan hewan-hewan yang masuk ke Kalbar dalam kondisi sehat. Langkah ini penting untuk mencegah risiko penyebaran penyakit yang dapat merugikan peternak lokal,” jelas Heronimus.

Sebagai salah satu provinsi dengan populasi ternak yang besar, Kalbar memiliki potensi kerugian yang signifikan jika wabah PMK masuk ke wilayah ini. PMK tidak hanya mengancam kesehatan hewan, tetapi juga berdampak pada ketahanan pangan dan perekonomian peternak lokal.

“PMK bukan hanya ancaman bagi kesehatan hewan, tetapi juga dapat berdampak pada perekonomian peternak serta ketersediaan pangan di wilayah ini. Oleh karena itu, kami terus berupaya maksimal agar Kalbar tetap bebas dari wabah ini,” tegas Heronimus.

Heronimus menekankan bahwa keberhasilan dalam mencegah masuknya PMK ke Kalimantan Barat sangat bergantung pada kerja sama semua pihak. Pemerintah mengajak peternak untuk lebih waspada dan segera melaporkan jika menemukan gejala PMK seperti lepuh di mulut dan kuku, demam tinggi, atau produksi susu yang menurun.

“Kolaborasi antara pemerintah, peternak, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam mencegah masuknya PMK ke Kalbar. Kami akan terus memperkuat komunikasi dan edukasi agar semua pihak memahami pentingnya menjaga kesehatan hewan ternak,” pungkasnya.

Langkah antisipasi yang terukur dan kerja sama semua pihak diharapkan dapat menjaga Kalimantan Barat tetap bebas dari wabah PMK, melindungi peternakan lokal, dan memastikan ketahanan pangan tetap terjaga.[SK]

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini